Pengertian Hadits: Dari Bahasa Arab hingga Sumber Hukum Islam

Pengertian hadits menurut bahasa dan istilah – Pernah dengar istilah “hadits”? Kata yang sering muncul dalam obrolan soal agama ini ternyata punya makna yang luas, lho. Bukan cuma sekadar “berita” atau “kabar”, tapi juga jadi sumber hukum Islam kedua setelah Al-Quran. Bayangin, setiap kali kita ngobrol soal agama, ngomongin tentang sholat, puasa, bahkan etika sehari-hari, pasti ada hadits yang jadi acuannya. Tapi, apa sih sebenarnya arti “hadits” itu? Yuk, kita kupas tuntas!

Dalam bahasa Arab, “hadits” punya arti yang lebih dalam daripada sekadar “berita”. Kata ini merujuk pada ucapan, perbuatan, atau persetujuan Nabi Muhammad SAW. Makanya, hadits jadi sumber penting untuk memahami ajaran Islam, karena mengandung pesan dan tuntunan langsung dari Rasulullah. Nah, dalam ilmu hadits, “hadits” punya definisi yang lebih spesifik lagi. Siap-siap, kita bakal ngebahas perbedaan “hadits” secara bahasa dan istilah, jenis-jenisnya, dan bagaimana peran pentingnya dalam kehidupan umat Islam!

Jenis-Jenis Hadits: Pengertian Hadits Menurut Bahasa Dan Istilah

Oke, jadi kita udah ngomongin tentang pengertian hadits, kan? Sekarang kita mau ngebahas tentang jenis-jenis hadits. Bayangin aja, hadits itu kayak buku cerita yang punya banyak bab, dan setiap bab punya cerita dan naratornya sendiri. Nah, bedanya, di sini kita ngomongin tentang sumber perawinya, bukan cuma cerita yang disampaikan.

Secara garis besar, hadits dibedakan berdasarkan sumber perawinya, dan ini penting banget buat nge-judge kredibilitas hadits itu sendiri. Kayak gini, bayangin kamu lagi dengerin cerita dari temen kamu, terus temen kamu bilang dia denger cerita itu dari temennya lagi. Nah, gimana kamu percaya sama cerita itu? Kamu harus ngecek dulu siapa temennya temen kamu itu, kan? Sama kayak hadits, kita harus ngecek siapa aja yang ngasih tahu cerita itu sampai akhirnya sampai ke kita.

Jenis-Jenis Hadits Berdasarkan Sumber Perawi

Nah, berdasarkan sumber perawinya, hadits dibagi jadi tiga jenis, yaitu:

  • Hadits Marfu’
  • Hadits Mauquf
  • Hadits Maqtu’

Hadits Marfu’

Hadits marfu’ itu kayak cerita yang langsung diceritain sama Nabi Muhammad SAW. Jadi, rantai perawinya lengkap, dari Nabi sampai ke kita. Misal, gini: A ngasih tahu B, B ngasih tahu C, C ngasih tahu D, dan D ngasih tahu kamu. Dan semua perawi itu ngakui mereka langsung denger cerita itu dari Nabi Muhammad SAW. Nah, karena rantai perawinya lengkap, hadits marfu’ ini dianggap sebagai hadits yang paling kuat dan kredibel.

Hadits, dalam bahasa Arab, berarti “perkataan”, “kabar”, atau “berita”. Dalam istilah agama Islam, hadits merujuk pada perkataan, perbuatan, atau persetujuan Nabi Muhammad SAW. Nah, kalau kita bicara soal hak, khususnya di Indonesia, kamu pasti familiar dengan UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Di UU ini, HAM diartikan sebagai hak dasar yang melekat pada manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, dan pemerintahan, serta oleh setiap orang. Penjelasan lengkapnya bisa kamu cek di sini.

Jadi, kalau kita menghubungkan hadits dengan HAM, bisa dibilang keduanya sama-sama menekankan pentingnya nilai-nilai luhur yang harus dijaga dan dilindungi.

Contoh hadits marfu’:

“Sesungguhnya Allah itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang.” (Hadits Riwayat Bukhari)

Dalam hadits ini, rantai perawinya lengkap, dari Nabi Muhammad SAW sampai ke kita. Hadits ini juga termasuk hadits shahih, jadi kamu bisa yakin kalau hadits ini benar-benar dari Nabi Muhammad SAW.

Hadits Mauquf

Nah, kalau hadits mauquf itu kayak cerita yang diceritain sama sahabat Nabi Muhammad SAW. Jadi, rantai perawinya nggak sampai ke Nabi Muhammad SAW. Misal, gini: A ngasih tahu B, B ngasih tahu C, C ngasih tahu D, dan D ngasih tahu kamu. Tapi, C ngakui dia denger cerita itu dari sahabat Nabi Muhammad SAW, bukan langsung dari Nabi Muhammad SAW.

Contoh hadits mauquf:

“Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata, ‘Seandainya aku tahu bahwa hari kiamat akan terjadi besok, maka aku akan menanam pohon kurma.’ ” (Hadits Riwayat Tirmidzi)

Dalam hadits ini, rantai perawinya nggak sampai ke Nabi Muhammad SAW. Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW, yang ngasih tahu cerita ini. Jadi, hadits ini disebut hadits mauquf.

Hadits Maqtu’, Pengertian hadits menurut bahasa dan istilah

Terakhir, ada hadits maqtu’. Nah, ini kayak cerita yang diceritain sama tabi’in, yaitu orang-orang yang hidup setelah zaman sahabat Nabi Muhammad SAW. Jadi, rantai perawinya nggak sampai ke sahabat Nabi Muhammad SAW, bahkan nggak sampai ke Nabi Muhammad SAW. Misal, gini: A ngasih tahu B, B ngasih tahu C, C ngasih tahu D, dan D ngasih tahu kamu. Tapi, D ngakui dia denger cerita itu dari tabi’in, bukan dari sahabat Nabi Muhammad SAW, apalagi dari Nabi Muhammad SAW.

Contoh hadits maqtu’:

“Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata, ‘Seorang tabi’in berkata, ‘Aku mendengar dari sahabat Nabi Muhammad SAW, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, ‘Sesungguhnya Allah itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang.'”

Dalam hadits ini, rantai perawinya nggak sampai ke Nabi Muhammad SAW. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, salah satu tabi’in, yang ngasih tahu cerita ini. Jadi, hadits ini disebut hadits maqtu’.

Kriteria dan Ciri Khas Setiap Jenis Hadits

Nah, sekarang kita bahas kriteria dan ciri khas dari setiap jenis hadits. Kayak gini, setiap jenis hadits punya kriteria dan ciri khasnya sendiri. Ini penting banget buat nge-judge kredibilitas hadits itu sendiri.

Jenis Hadits Kriteria Ciri Khas Implikasi dalam Penilaian Hadits
Hadits Marfu’ Rantai perawinya lengkap, dari Nabi Muhammad SAW sampai ke kita. Perawi terakhir dalam rantai perawi ngakui dia langsung denger cerita itu dari Nabi Muhammad SAW. Hadits marfu’ dianggap sebagai hadits yang paling kuat dan kredibel.
Hadits Mauquf Rantai perawinya nggak sampai ke Nabi Muhammad SAW. Perawi terakhir dalam rantai perawi ngakui dia denger cerita itu dari sahabat Nabi Muhammad SAW. Hadits mauquf dianggap sebagai hadits yang lemah dan nggak bisa dijadikan dasar hukum.
Hadits Maqtu’ Rantai perawinya nggak sampai ke sahabat Nabi Muhammad SAW, bahkan nggak sampai ke Nabi Muhammad SAW. Perawi terakhir dalam rantai perawi ngakui dia denger cerita itu dari tabi’in. Hadits maqtu’ dianggap sebagai hadits yang sangat lemah dan nggak bisa dijadikan dasar hukum.

Nah, jadi gitu penjelasan tentang jenis-jenis hadits. Ingat, jenis hadits itu penting banget buat nge-judge kredibilitas hadits itu sendiri. Jadi, kamu harus teliti dalam membaca dan memahami hadits, ya!

Kedudukan Hadits dalam Islam

Pengertian hadits menurut bahasa dan istilah

Kedudukan hadits dalam Islam nggak bisa dianggap remeh, bro. Hadits jadi sumber hukum Islam kedua setelah Al-Quran. Bayangin, kalo Al-Quran ibarat buku panduan utama, hadits itu kayak manual tambahan yang ngasih detail dan penjelasan lebih lanjut tentang aturan-aturan yang ada di Al-Quran.

Hadits sebagai Pelengkap Al-Quran

Nah, hadits ini punya peran penting dalam melengkapi dan menguatkan Al-Quran, lho. Kenapa? Soalnya Al-Quran itu kan berisi ayat-ayat yang bersifat umum, bro. Nah, hadits ini tuh ngasih kita panduan lebih detail dan spesifik tentang bagaimana mengaplikasikan ayat-ayat Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Kayak contohnya, Al-Quran ngasih tau tentang pentingnya sholat, tapi hadits lah yang ngasih tau detail tentang cara sholat yang benar, jumlah rakaat, dan bacaan-bacaan yang harus dibaca.

Peran Hadits dalam Memahami Makna Al-Quran

Selain melengkapi Al-Quran, hadits juga berperan penting dalam memahami makna dan hukum yang ada di Al-Quran. Hadits tuh kayak kunci yang ngebantu kita ngerti makna tersembunyi di balik ayat-ayat Al-Quran. Bayangin, ada ayat yang bahas tentang larangan berzina, tapi kita nggak tau apa aja yang termasuk zina. Nah, hadits lah yang ngasih tau kita detailnya, kayak contohnya, zina bukan cuma hubungan badan, tapi juga bisa berupa ucapan atau perbuatan yang mengarah ke arah zina.

Hadits sebagai Pedoman Kehidupan

Nggak cuma soal ibadah, hadits juga jadi pedoman kita dalam berbagai aspek kehidupan, bro. Kayak contohnya, hadits ngasih tau tentang pentingnya kejujuran, keadilan, dan saling tolong menolong. Hadits juga ngasih solusi buat berbagai permasalahan yang kita hadapi, kayak contohnya, hadits ngasih tau cara menyelesaikan konflik, cara bergaul dengan orang lain, dan cara bersikap terhadap orang yang berbeda pendapat.

  • Hadits ngasih tau kita tentang pentingnya menjaga silaturahmi, kayak contohnya, hadits yang ngasih tau tentang keutamaan mengunjungi orang sakit dan menghadiri pemakaman.
  • Hadits juga ngasih tau kita tentang pentingnya berbuat baik kepada orang tua, kayak contohnya, hadits yang ngasih tau tentang keutamaan berbakti kepada orang tua dan menghormati mereka.
  • Hadits juga ngasih tau kita tentang pentingnya menjaga lisan, kayak contohnya, hadits yang ngasih tau tentang bahaya ghibah dan fitnah.

Terakhir

Jadi, “hadits” bukan cuma sekadar kata, tapi merupakan sumber penting dalam memahami dan menjalankan ajaran Islam. Melalui hadits, kita bisa mendalami pesan dan ajaran Rasulullah yang menjadi panduan hidup kita. Menuntut ilmu hadits juga penting buat kita agar bisa menjalankan ajaran Islam dengan benar dan menemukan solusi atas berbagai tantangan hidup. Yuk, terus belajar dan menjalankan ajaran Islam berdasarkan Al-Quran dan hadits yang shahih!