Pengertian dzikir menurut bahasa adalah – Dzikir, sebuah kata yang familiar di telinga kita, terutama bagi umat Islam. Namun, tahukah Anda apa makna sebenarnya dari “dzikir” dalam bahasa Arab? Kata ini bukan sekadar kata biasa, melainkan mengandung makna mendalam yang erat kaitannya dengan hubungan manusia dengan Tuhan.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi pengertian “dzikir” menurut bahasa Arab, mulai dari asal usul kata, definisi dalam kamus, hingga penggunaan kata “dzikir” dalam Al-Qur’an dan hadits Nabi. Dengan memahami makna “dzikir” secara etimologis, kita dapat lebih mendalami esensi dan manfaat dari amalan mulia ini.
Pengertian Dzikir Secara Etimologi
Dzikir merupakan salah satu amalan penting dalam Islam. Dalam bahasa Arab, dzikir memiliki makna yang luas dan mendalam. Untuk memahami makna dzikir secara utuh, perlu kita telaah asal usul kata “dzikir” dalam bahasa Arab.
Asal Usul Kata “Dzikir”
Kata “dzikir” berasal dari bahasa Arab, yang merupakan akar dari bahasa Indonesia. Kata “dzikir” berasal dari kata kerja “zakara” yang berarti “mengingat” atau “menyebutkan”. Dalam bahasa Arab, kata “dzikir” memiliki beberapa sinonim yang memiliki makna yang mirip, seperti:
Sinonim Kata “Dzikir”
- Tadzakkur: Mengingati sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam.
- Tadhkir: Mengingatkan seseorang tentang sesuatu yang telah dilupakannya.
- Wazkurah: Menyebutkan nama Allah SWT.
Contoh Kalimat dalam Bahasa Arab yang Menggunakan Kata “Dzikir”
“Dzikru-llahi huwa as-sakinah” (ذِكْرُ اللَّهِ هُوَ السَّكِينَةُ)
Kalimat di atas artinya “Menyebut nama Allah SWT adalah ketenangan”. Kalimat ini menunjukkan bahwa dzikir dapat membawa ketenangan jiwa bagi seseorang.
Arti Dzikir dalam Kamus Bahasa Arab
Dzikir merupakan istilah yang sering kita dengar dalam konteks agama Islam. Namun, apa sebenarnya makna dzikir dalam bahasa Arab? Untuk memahami arti dzikir secara lebih mendalam, kita perlu menelusuri definisinya dalam kamus bahasa Arab.
Definisi Dzikir dalam Kamus Bahasa Arab
Kamus bahasa Arab terkemuka seperti Lisan al-Arab dan al-Mu’jam al-Wasit mendefinisikan “dzikir” sebagai “mengingat, mengingat kembali, atau menyebutkan”. Kata “dzikir” berasal dari akar kata “zakara” yang berarti “mengingat” atau “mengingat kembali”. Definisi ini menunjukkan bahwa dzikir bukan sekadar mengucapkan kata-kata tertentu, tetapi lebih kepada proses mengingat dan merenungkan sesuatu.
Makna Dzikir Berdasarkan Definisi Kamus
Berdasarkan definisi di atas, makna dzikir dapat dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut:
- Mengingat Allah SWT: Dzikir dalam konteks agama Islam mengacu pada mengingat Allah SWT, sifat-sifat-Nya, dan segala ciptaan-Nya. Proses ini melibatkan refleksi dan kontemplasi tentang kebesaran Allah SWT, sehingga dapat menumbuhkan rasa syukur, ketaatan, dan kedekatan dengan-Nya.
- Menyingkap Kenangan: Dzikir juga berarti menyingkap kembali kenangan, baik kenangan indah maupun pahit. Dalam konteks ini, dzikir dapat membantu seseorang untuk belajar dari pengalaman masa lalu, merenungkan hikmah di balik kejadian, dan membangun tekad untuk menjadi lebih baik di masa depan.
- Memperkuat Ingatan: Dzikir dapat berfungsi sebagai latihan untuk memperkuat ingatan. Dengan mengingat kembali sesuatu, baik itu ayat Al-Quran, hadits, atau nilai-nilai moral, seseorang dapat memperkuat ingatan dan meningkatkan kemampuan kognitifnya.
Contoh Penggunaan Dzikir dalam Percakapan Sehari-hari
Berikut beberapa contoh penggunaan “dzikir” dalam konteks percakapan sehari-hari:
- “Saya selalu berdzikir kepada Allah SWT agar diberikan kekuatan dalam menghadapi cobaan.”
- “Dia mengingat (berdzikir) tentang masa kecilnya yang penuh dengan suka duka.”
- “Sambil mengingat (berdzikir) nama-nama Allah SWT, ia merasa tenang dan damai.”
Makna Dzikir dalam Al-Qur’an: Pengertian Dzikir Menurut Bahasa Adalah
Dalam Al-Qur’an, kata “dzikir” muncul dalam berbagai konteks dan memiliki makna yang luas. Kata ini bukan hanya sebatas mengingat Allah, tetapi juga mencakup segala bentuk aktivitas yang dapat mendekatkan seseorang kepada-Nya.
Dzikir dalam bahasa Arab berarti “mengingat” atau “menyebutkan”. Mirip dengan konsep wirausaha yang pengertian wirausaha menurut KBBI adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan bermanfaat, dzikir juga merupakan proses mengingat dan menyebutkan kebaikan Allah. Melalui dzikir, kita diajak untuk fokus pada kebaikan dan rahmat Tuhan, sehingga hati kita menjadi tenang dan terhindar dari sifat-sifat buruk.
Ayat-Ayat Al-Qur’an yang Memuat Kata “Dzikir”
Berikut adalah beberapa ayat Al-Qur’an yang memuat kata “dzikir” beserta makna “dzikir” dalam konteks ayat tersebut:
Ayat | Terjemahan | Makna “Dzikir” |
---|---|---|
QS. Al-Baqarah (2): 152 | “Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia menyelamatkanmu dari (kekejaman) Fir’aun, yang menyiksamu dengan siksaan yang pedih, dan Dia membunuh anak-anakmu, dan Dia menyiksa wanita-wanitamu dengan siksaan yang berat. Sungguh, dalam hal itu terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagimu, jika kamu orang-orang yang beriman.” | Mengingat nikmat Allah |
QS. Al-Baqarah (2): 200 | “Dan ingatlah ketika Allah menguji Ibrahim dengan beberapa kalimat, lalu Ibrahim memenuhinya. Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi manusia.” Ibrahim berkata, “Dan (demikian pula) dari keturunanku.” Allah berfirman, “Janji-Ku tidak meliputi orang-orang yang zalim.” | Mengingat ujian Allah terhadap Nabi Ibrahim |
QS. Ali Imran (3): 190-191 | “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian siang dan malam, terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi, (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” | Mengingat Allah dalam segala keadaan |
QS. Ar-Ra’d (13): 28 | “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” | Mengingat Allah yang menentramkan hati |
QS. Al-An’am (6): 45 | “Katakanlah, “Apakah kamu telah mempertimbangkan apa yang kamu sembah selain Allah? Tunjukkanlah kepadaku apa yang mereka ciptakan di bumi. Atau apakah mereka memiliki bagian dalam langit? Jika kamu tidak dapat menunjukkannya, maka ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti selain Allah.” | Mengingat kebesaran Allah dan kelemahan makhluk |
Makna Dzikir dalam Hadits Nabi
Selain dari makna bahasa, dzikir juga memiliki makna yang lebih dalam dan luas dalam Islam. Makna ini terungkap dalam berbagai hadits Nabi Muhammad SAW. Hadits-hadits ini memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang dzikir, tidak hanya sebagai mengingat Allah, tetapi juga sebagai bentuk ibadah, sarana mendekatkan diri kepada-Nya, dan kunci meraih keberkahan dalam hidup.
Hadits-hadits Nabi tentang Dzikir
Banyak hadits Nabi yang membahas tentang dzikir. Berikut adalah beberapa contohnya:
- Dalam sebuah hadits riwayat At-Tirmidzi, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT berfirman, ‘Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Ia berdzikir kepada-Ku, maka Aku mengingat-Nya. Ia menyebut nama-Ku, maka Aku menyebut namanya. Ia mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta. Ia mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku mendekat kepadanya sedepa. Dan jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan berlari.'” (HR. At-Tirmidzi)
- Hadits lainnya yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Dzikir adalah cahaya bagi hati, penyejuk bagi jiwa, dan obat bagi penyakit.”
- Dalam hadits riwayat At-Tirmidzi, Nabi Muhammad SAW juga bersabda, “Barangsiapa yang mengucapkan kalimat ‘Subhanallah wa bihamdihi, Subhanallahil ‘Azhim’ (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya, Maha Suci Allah yang Maha Agung) sebanyak seratus kali dalam sehari, maka dosa-dosanya akan dihapuskan, meskipun dosanya sebanyak buih lautan.” (HR. At-Tirmidzi)
Makna Dzikir dalam Hadits Nabi
Dari hadits-hadits tersebut, dapat dipahami bahwa dzikir memiliki makna yang sangat penting dalam Islam. Dzikir bukan hanya sekadar mengingat Allah, tetapi juga merupakan bentuk ibadah yang mendekatkan diri kepada-Nya. Dzikir juga dapat menjadi penyejuk jiwa, obat bagi penyakit, dan jalan menuju keberkahan.
Contoh Hadits Nabi tentang Dzikir
“Ya Allah, Rabb kami, limpahkanlah rahmat kepada kami dan kepada orang-orang yang datang sesudah kami, dan jadikanlah kami sebagai rahmat bagi sekalian alam.”
(HR. At-Tirmidzi)
Dzikir dalam Perspektif Ulama
Dzikir, sebagai salah satu amalan penting dalam Islam, telah menjadi topik yang dikaji dan dibahas oleh para ulama sejak masa Rasulullah SAW. Pengertian dzikir sendiri memiliki beragam interpretasi, yang dipengaruhi oleh latar belakang dan mazhab masing-masing ulama. Pemahaman yang mendalam tentang dzikir dalam perspektif ulama dapat membantu kita untuk memahami lebih baik esensi dan makna dari amalan ini.
Pengertian Dzikir dalam Perspektif Mazhab
Para ulama dari berbagai mazhab memiliki pandangan yang beragam mengenai definisi dzikir. Perbedaan pendapat ini tidak hanya mencerminkan perbedaan interpretasi terhadap teks-teks agama, tetapi juga menunjukkan keragaman pemikiran dan pendekatan dalam memahami ajaran Islam.
Nama Ulama | Mazhab | Pendapat tentang Dzikir |
---|---|---|
Imam Syafi’i | Syafi’i | Dzikir adalah mengingat Allah SWT dengan lisan, hati, dan perbuatan. |
Imam Malik | Maliki | Dzikir adalah menyebut nama Allah SWT dengan lisan dan hati, disertai dengan keyakinan dan ketaatan. |
Imam Abu Hanifah | Hanafi | Dzikir adalah mengingat Allah SWT dengan lisan dan hati, serta menghidupkan rasa takut dan harap kepada-Nya. |
Imam Ahmad bin Hanbal | Hanbali | Dzikir adalah mengingat Allah SWT dengan lisan, hati, dan perbuatan, disertai dengan rasa takut dan harap, serta keyakinan bahwa Allah SWT senantiasa mengawasi dan mengetahui segala perbuatan hamba-Nya. |
Perbedaan dan Persamaan Pendapat Ulama
Secara umum, terdapat beberapa perbedaan dan persamaan dalam pendapat para ulama tentang dzikir. Perbedaan utama terletak pada penekanan masing-masing ulama.
- Imam Syafi’i menekankan pada mengingat Allah SWT dengan lisan, hati, dan perbuatan.
- Imam Malik menambahkan unsur keyakinan dan ketaatan dalam definisi dzikir.
- Imam Abu Hanifah menekankan pada rasa takut dan harap kepada Allah SWT.
- Imam Ahmad bin Hanbal menekankan pada keyakinan bahwa Allah SWT senantiasa mengawasi dan mengetahui segala perbuatan hamba-Nya.
Meskipun terdapat perbedaan, para ulama sepakat bahwa dzikir adalah mengingat Allah SWT dengan lisan, hati, dan perbuatan. Mereka juga sepakat bahwa dzikir merupakan amalan yang sangat penting dalam Islam, karena dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT, membersihkan hati, dan mendapatkan ketenangan jiwa.
Jenis-jenis Dzikir
Dzikir, selain memiliki makna secara bahasa, juga memiliki berbagai jenis berdasarkan cara pelaksanaannya. Pembagian ini membantu kita memahami lebih dalam bagaimana dzikir dilakukan dan bagaimana manfaatnya dapat kita raih.
Jenis Dzikir Berdasarkan Cara Pelaksanaan
Secara umum, dzikir dapat dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan cara pelaksanaannya, yaitu:
- Dzikir Lisan
- Dzikir Hati
- Dzikir Perbuatan
Dzikir Lisan
Dzikir lisan adalah dzikir yang dilakukan dengan mengucapkan kalimat-kalimat dzikir dengan lisan. Ini adalah jenis dzikir yang paling umum dilakukan, karena mudah dilakukan dan dapat dilakukan di mana saja. Contoh dzikir lisan adalah:
- Membaca kalimat “Subhanallah” (Maha Suci Allah)
- Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW
- Membaca tasbih, tahmid, dan takbir
Dzikir Hati
Dzikir hati adalah dzikir yang dilakukan dengan mengingat Allah SWT di dalam hati. Jenis dzikir ini lebih dalam dan membutuhkan konsentrasi yang lebih tinggi. Contoh dzikir hati adalah:
- Memikirkan kebesaran Allah SWT
- Merasa takut kepada Allah SWT
- Merasa cinta kepada Allah SWT
Dzikir Perbuatan
Dzikir perbuatan adalah dzikir yang dilakukan dengan melakukan perbuatan yang baik dan bermanfaat. Jenis dzikir ini menunjukkan bahwa setiap perbuatan yang kita lakukan dapat menjadi dzikir jika dilandasi niat yang baik dan ikhlas karena Allah SWT. Contoh dzikir perbuatan adalah:
- Menolong orang yang membutuhkan
- Bersedekah
- Beribadah
Manfaat Dzikir
Dzikir, selain memiliki makna dalam bahasa Arab, juga memiliki manfaat yang luar biasa bagi kehidupan manusia. Melalui dzikir, seseorang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT, mendapatkan ketenangan jiwa, dan meraih berbagai kebaikan lainnya. Manfaat ini tidak hanya dirasakan secara individu, tetapi juga berdampak positif bagi masyarakat.
Manfaat Dzikir bagi Individu
Dzikir memberikan berbagai manfaat bagi individu, baik secara spiritual maupun psikis. Berikut beberapa manfaatnya:
- Mendekatkan Diri kepada Allah SWT: Dzikir merupakan bentuk komunikasi dengan Allah SWT. Melalui dzikir, seseorang dapat mengingat dan merenungkan kebesaran Allah SWT, sehingga menumbuhkan rasa cinta, takut, dan berharap kepada-Nya. Hal ini mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meningkatkan keimanan.
- Menentramkan Jiwa: Dzikir dapat menenangkan jiwa yang gelisah. Saat seseorang berdzikir, pikirannya terfokus pada Allah SWT dan melupakan segala kekhawatiran duniawi. Hal ini membantu meredakan stres, kecemasan, dan meningkatkan rasa bahagia.
- Meningkatkan Kualitas Hidup: Dzikir membantu seseorang untuk fokus pada hal-hal positif dalam hidup. Dengan mengingat nikmat Allah SWT, seseorang akan lebih bersyukur dan menghargai apa yang telah dimilikinya. Hal ini mendorong seseorang untuk lebih baik dalam menjalani hidup.
- Melindungi dari Sifat Buruk: Dzikir membantu seseorang untuk terhindar dari sifat-sifat buruk seperti sombong, iri hati, dan dengki. Dengan mengingat Allah SWT, seseorang akan lebih rendah hati dan menyadari bahwa segala sesuatu yang dimilikinya adalah pemberian dari-Nya.
Manfaat Dzikir bagi Masyarakat
Dzikir tidak hanya bermanfaat bagi individu, tetapi juga berdampak positif bagi masyarakat. Berikut beberapa manfaatnya:
- Meningkatkan Kerukunan: Dzikir dapat menumbuhkan rasa persaudaraan dan kasih sayang antar sesama. Dengan mengingat Allah SWT, seseorang akan lebih mudah memaafkan kesalahan orang lain dan bersikap toleran.
- Menciptakan Ketenangan dan Kedamaian: Dzikir dapat menciptakan suasana yang tenang dan damai di masyarakat. Ketika masyarakat berdzikir bersama, mereka akan merasakan ketenangan jiwa dan terhindar dari konflik.
- Meningkatkan Kesadaran Sosial: Dzikir dapat meningkatkan kesadaran sosial masyarakat terhadap sesama. Dengan mengingat Allah SWT, seseorang akan lebih peka terhadap penderitaan orang lain dan terdorong untuk membantu mereka.
Ilustrasi Manfaat Dzikir dalam Kehidupan Sehari-hari
Dzikir dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Misalnya, saat menghadapi masalah, seseorang dapat berdzikir dengan membaca istighfar atau kalimat-kalimat dzikir lainnya. Hal ini dapat menenangkan pikiran dan membantu menemukan solusi yang tepat. Ketika merasa lelah, seseorang dapat berdzikir dengan membaca tasbih atau kalimat-kalimat dzikir lainnya. Hal ini dapat menyegarkan pikiran dan memberikan energi positif. Dzikir juga dapat dilakukan saat berkendara, bekerja, atau melakukan aktivitas lainnya. Dengan berdzikir, seseorang dapat selalu terhubung dengan Allah SWT dan meraih berbagai kebaikan.
Cara Melakukan Dzikir
Dzikir merupakan kegiatan mengingat Allah SWT dengan mengucapkan kalimat-kalimat suci. Dzikir memiliki banyak manfaat, seperti menenangkan hati, meningkatkan keimanan, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Untuk mendapatkan manfaat maksimal dari dzikir, penting untuk melakukannya dengan benar dan khusyuk.
Langkah-langkah Melakukan Dzikir
Berikut adalah langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam berdzikir:
- Berniat: Sebelum memulai dzikir, niatkanlah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mendapatkan ridho-Nya.
- Memilih Tempat yang Tenang: Carilah tempat yang tenang dan hening agar fokus Anda tidak terganggu.
- Bersuci: Bersihkan diri dengan berwudhu atau mandi, agar hati dan pikiran lebih tenang.
- Memulai dengan Membaca Doa: Awali dzikir dengan membaca doa pembuka, seperti “Bismillahirrahmanirrahim” atau “Subhanallahi walhamdulillah wa laa ilaaha illallahu wallahu akbar“.
- Membaca Dzikir: Ucapkan dzikir yang Anda pilih dengan khusyuk dan penuh kesadaran.
- Berdoa: Setelah selesai berdzikir, panjatkan doa kepada Allah SWT dengan penuh harap dan tawakal.
- Menutup Dzikir: Akhiri dzikir dengan membaca doa penutup, seperti “Subhanalladzi sakhkhara lana hadza wa ma kunna lahu muqrinin wa inna ila Rabbi na munqalibun“.
Contoh Dzikir yang Dianjurkan
Ada banyak dzikir yang dianjurkan dalam Islam, berikut beberapa contohnya:
- Subhanallahi walhamdulillah wa laa ilaaha illallahu wallahu akbar (Maha Suci Allah, segala puji bagi-Nya, tidak ada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar).
- La ilaaha illallahu wahdahu laa sharika lahu, lahu al-mulku wa lahu al-hamdu wa huwa ala kulli syai’in qadir (Tiada Tuhan selain Allah, Dia Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu).
- Astaghfirullahaladzim (Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung).
- Allahu Akbar (Allah Maha Besar).
- La hawla wa la quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘azhim (Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung).
Tata Cara Pelaksanaan Dzikir yang Benar
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan dzikir:
- Khusyuk: Berdzikirlah dengan khusyuk dan penuh kesadaran, fokuskan pikiran dan hati pada Allah SWT.
- Rutin: Lakukan dzikir secara rutin, baik di waktu pagi, sore, malam, atau di waktu-waktu luang lainnya.
- Berjamaah: Anda dapat melakukan dzikir secara berjamaah dengan keluarga, teman, atau di masjid.
- Memilih Waktu yang Tepat: Pilihlah waktu yang tepat untuk berdzikir, saat hati tenang dan pikiran jernih.
- Memilih Tempat yang Tenang: Carilah tempat yang tenang dan hening agar fokus Anda tidak terganggu.
- Membaca dengan Benar: Pastikan Anda membaca dzikir dengan benar dan sesuai dengan kaidah bahasa Arab.
Waktu yang Dianjurkan untuk Berdzikir
Dalam Islam, berdzikir dianjurkan dilakukan pada waktu-waktu tertentu yang dianggap lebih istimewa dan berpahala. Waktu-waktu ini dipilih karena memiliki keistimewaan tersendiri yang dapat meningkatkan kualitas dzikir dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Waktu-Waktu yang Dianjurkan untuk Berdzikir
Berikut adalah beberapa waktu yang dianjurkan untuk berdzikir dalam Islam, beserta alasannya:
- Saat bangun tidur: Waktu ini sangat dianjurkan untuk berdzikir karena merupakan awal dari hari. Dengan berdzikir, kita memohon perlindungan dan keberkahan dari Allah SWT untuk menjalani hari dengan baik.
- Sebelum tidur: Sebelum tidur, dianjurkan untuk berdzikir sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT dan memohon perlindungan-Nya selama tidur.
- Setelah sholat fardhu: Waktu setelah sholat fardhu merupakan waktu yang sangat istimewa. Saat ini, hati masih dalam keadaan khusyuk dan siap untuk menerima dzikir.
- Saat berada di perjalanan: Dalam perjalanan, dianjurkan untuk berdzikir sebagai bentuk mengingat Allah SWT dan memohon keselamatan selama perjalanan.
- Saat berada di tempat-tempat suci: Tempat-tempat suci seperti Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan makam para wali Allah SWT, merupakan tempat yang penuh dengan keberkahan. Berdzikir di tempat-tempat ini akan semakin meningkatkan kualitas dzikir dan pahala.
- Saat merasa sedih atau tertekan: Berdzikir dapat menjadi penenang jiwa dan pengobat hati saat kita merasa sedih atau tertekan. Dengan berdzikir, kita dapat memohon kekuatan dan kesabaran dari Allah SWT.
- Saat menghadapi kesulitan: Dalam menghadapi kesulitan, berdzikir dapat menjadi sumber kekuatan dan harapan. Dengan berdzikir, kita memohon pertolongan dan kemudahan dari Allah SWT.
- Saat mendapatkan rezeki: Setelah mendapatkan rezeki, dianjurkan untuk berdzikir sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat yang telah diberikan.
- Saat melihat keindahan alam: Melihat keindahan alam dapat menjadi momentum untuk mengingat kebesaran Allah SWT. Berdzikir saat melihat keindahan alam dapat meningkatkan rasa syukur dan keimanan.
Tabel Waktu yang Dianjurkan untuk Berdzikir
Waktu | Alasan |
---|---|
Saat bangun tidur | Memohon perlindungan dan keberkahan dari Allah SWT untuk menjalani hari dengan baik. |
Sebelum tidur | Rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT dan memohon perlindungan-Nya selama tidur. |
Setelah sholat fardhu | Hati masih dalam keadaan khusyuk dan siap untuk menerima dzikir. |
Saat berada di perjalanan | Mengingat Allah SWT dan memohon keselamatan selama perjalanan. |
Saat berada di tempat-tempat suci | Meningkatkan kualitas dzikir dan pahala. |
Saat merasa sedih atau tertekan | Penenang jiwa dan pengobat hati. |
Saat menghadapi kesulitan | Sumber kekuatan dan harapan. |
Saat mendapatkan rezeki | Rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat yang telah diberikan. |
Saat melihat keindahan alam | Meningkatkan rasa syukur dan keimanan. |
Dzikir dalam Berbagai Agama
Dzikir, dalam bahasa Arab, berarti “mengingat” atau “menyebut”. Konsep ini merujuk pada tindakan mengingat dan menyebut nama Tuhan atau sifat-sifat-Nya. Meskipun dzikir dikenal luas dalam Islam, konsep mengingat Tuhan dalam berbagai bentuknya juga ditemukan dalam agama-agama lain. Artikel ini akan membahas konsep “dzikir” dalam agama-agama lain, menjelaskan persamaan dan perbedaannya, serta memberikan kutipan dari kitab suci mereka.
Dzikir dalam Agama-Agama Lain
Konsep “dzikir” dalam berbagai agama memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan utamanya adalah fokus pada mengingat Tuhan dan memohon kepada-Nya. Namun, cara mengingat dan memohon ini dapat bervariasi antar agama.
- Kristen: Dalam Kristen, “dzikir” diwujudkan melalui doa, pujian, dan penyembahan kepada Tuhan. Doa merupakan komunikasi dengan Tuhan, baik dalam bentuk ucapan maupun pikiran. Pujian dan penyembahan merupakan ekspresi rasa syukur dan penghormatan kepada Tuhan. Kitab suci Kristen, Alkitab, mengajarkan pentingnya mengingat Tuhan dalam segala hal: “Ingatlah akan Tuhan, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, supaya Dia menggenapi perjanjian yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini.” (Ulangan 8:18)
- Hindu: Dalam Hindu, “dzikir” dikenal sebagai “japa”. Japa merupakan pengulangan mantra atau nama dewa sebagai cara untuk mencapai konsentrasi dan fokus spiritual. Japa dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti mengucapkan mantra secara lisan, membacanya dalam hati, atau menggunakan alat bantu seperti tasbih. Kitab suci Hindu, Bhagavad Gita, mengajarkan pentingnya mengingat Tuhan dalam segala hal: “Orang yang selalu mengingat Aku, tanpa teralihkan, dan selalu mengabdi kepada-Ku, ia adalah orang yang paling dicintai-Ku.” (Bhagavad Gita, 12:13)
- Buddhisme: Dalam Buddhisme, “dzikir” diwujudkan melalui meditasi dan mindfulness. Meditasi merupakan latihan untuk mencapai ketenangan batin dan konsentrasi, sementara mindfulness merupakan kesadaran penuh terhadap pikiran dan perasaan saat ini. Tujuannya adalah untuk mencapai pencerahan dan melepaskan diri dari penderitaan. Buddha mengajarkan pentingnya mengingat sifat sementara dari segala sesuatu dan melepaskan diri dari keterikatan: “Semua fenomena adalah seperti mimpi, ilusi, gelembung, bayangan, embun pagi, atau kilat yang menyambar; haruslah dipandang seperti itu.” (Buddha)
- Yahudi: Dalam Yahudi, “dzikir” diwujudkan melalui doa, studi kitab suci, dan ritual keagamaan. Doa merupakan cara berkomunikasi dengan Tuhan, baik dalam bentuk ucapan maupun pikiran. Studi kitab suci membantu memahami kehendak Tuhan dan menerapkannya dalam kehidupan. Ritual keagamaan, seperti doa harian dan hari raya keagamaan, merupakan bentuk pengingat akan kehadiran Tuhan dalam kehidupan. Kitab suci Yahudi, Taurat, mengajarkan pentingnya mengingat Tuhan dalam segala hal: “Engkau harus mengasihi Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu.” (Ulangan 6:5)
Persamaan dan Perbedaan
Meskipun memiliki konsep “dzikir” yang berbeda, agama-agama ini memiliki persamaan dan perbedaan dalam cara mereka mempraktikkannya.
- Persamaan: Semua agama ini menekankan pentingnya mengingat Tuhan dan memohon kepada-Nya. Mereka juga percaya bahwa mengingat Tuhan dapat membawa manfaat spiritual dan emosional, seperti ketenangan batin, kebijaksanaan, dan kekuatan untuk menghadapi tantangan hidup.
- Perbedaan: Cara mengingat Tuhan dan memohon kepada-Nya dapat berbeda antar agama. Misalnya, dalam Islam, dzikir dilakukan dengan membaca kalimat-kalimat tertentu, sementara dalam Buddhisme, dzikir diwujudkan melalui meditasi dan mindfulness. Selain itu, tujuan dari dzikir juga dapat berbeda. Dalam Islam, dzikir bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan mendapatkan pahala, sementara dalam Buddhisme, dzikir bertujuan untuk mencapai pencerahan dan melepaskan diri dari penderitaan.
“Ingatlah Aku, maka Aku pun akan mengingatmu.” (Al-Quran, Al-Baqarah 2:152)
“Kemuliaan Tuhan adalah dalam semua hal, di setiap tempat, di setiap waktu. Ingatlah Dia dalam semua hal, dan Ia akan selalu bersamamu.” (Bhagavad Gita, 12:14)
“Orang yang bijaksana harus selalu mengingat kematian dan berusaha untuk melepaskan diri dari keterikatan duniawi.” (Buddha)
“Engkau harus mengasihi Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu.” (Taurat, Ulangan 6:5)
Penutup
Memahami makna “dzikir” menurut bahasa Arab membuka cakrawala baru dalam memahami esensi dan manfaat dari amalan ini. Zikir bukanlah sekadar ucapan lisan, melainkan sebuah proses internal yang melibatkan hati dan jiwa. Melalui dzikir, kita dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT, memperoleh ketenangan jiwa, dan meraih kebahagiaan sejati.