Pengertian kurikulum menurut ki hajar dewantara – Pernah dengar istilah “Tut Wuri Handayani”? Itu lho, semboyan yang sering kita dengar di sekolah. Tapi tau nggak sih, ternyata semboyan ini punya kaitan erat dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang kurikulum pendidikan. Bapak Pendidikan Nasional ini punya pandangan unik tentang bagaimana pendidikan seharusnya dijalankan, lho. Ki Hajar Dewantara percaya bahwa kurikulum bukan sekadar kumpulan mata pelajaran, tapi sebuah wadah untuk membentuk karakter dan kepribadian anak bangsa.
Dari konsep “Tut Wuri Handayani” hingga “Ing Ngarso Sung Tulodho”, pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang kurikulum ternyata punya banyak hal menarik yang bisa kita pelajari. Kira-kira, apa sih perbedaan kurikulum menurut Ki Hajar Dewantara dengan kurikulum tradisional? Bagaimana penerapannya di era modern? Yuk, kita bahas bareng-bareng!
Latar Belakang Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan nasional yang namanya diabadikan dalam nama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, memiliki pemikiran yang mendalam tentang pendidikan. Ia lahir di Yogyakarta pada tahun 1889 dan namanya asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Perjalanan hidupnya penuh dengan perjuangan dan pemikiran yang revolusioner, terutama dalam konteks pendidikan.
Pemikiran Ki Hajar Dewantara lahir di tengah masa transisi bangsa Indonesia. Saat itu, Indonesia sedang berjuang untuk meraih kemerdekaan dari penjajahan Belanda. Ki Hajar Dewantara, sebagai seorang nasionalis, melihat pendidikan sebagai kunci untuk mencapai kemerdekaan dan membangun bangsa. Ia melihat pendidikan sebagai proses yang integral, yang tidak hanya mengajarkan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga membentuk karakter dan jiwa bangsa.
Pengaruh Tokoh Pendidikan Terdahulu
Pemikiran Ki Hajar Dewantara tidak muncul begitu saja. Ia terpengaruh oleh pemikiran tokoh-tokoh pendidikan terdahulu, baik dari dalam maupun luar negeri. Berikut adalah beberapa tokoh yang memengaruhi pemikirannya:
- John Dewey, seorang tokoh pendidikan Amerika, yang menekankan pentingnya pengalaman dan aktivitas dalam proses belajar. Ki Hajar Dewantara menadopsi pemikiran Dewey dalam konsep “merdeka belajar”, yang menekankan peran aktif siswa dalam proses belajar.
- R.A. Kartini, tokoh emansipasi perempuan, yang memperjuangkan hak-hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan. Ki Hajar Dewantara menaruh perhatian besar pada pendidikan perempuan dan menganggap pendidikan sebagai alat untuk memajukan kaum perempuan.
- Tokoh-tokoh pendidikan tradisional Jawa, seperti Sunan Kalijaga dan Ki Ageng Suryomentaram, yang menekankan pentingnya pendidikan karakter dan nilai-nilai luhur. Ki Hajar Dewantara menggabungkan nilai-nilai luhur tradisional Jawa dengan pemikiran modern untuk menciptakan sistem pendidikan yang berakar pada budaya bangsa.
Contoh Pemikiran Ki Hajar Dewantara yang Mencerminkan Semangat Nasionalisme dan Kemanusiaan
Pemikiran Ki Hajar Dewantara selalu mengedepankan semangat nasionalisme dan kemanusiaan. Hal ini tercermin dalam beberapa pemikirannya, seperti:
- “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”. Pepatah ini menekankan pentingnya seorang guru sebagai teladan, motivator, dan pendorong bagi siswanya. Pemikiran ini mencerminkan semangat nasionalisme yang kuat, di mana guru diharapkan menjadi pemimpin dan inspirator bagi generasi penerus bangsa.
- “Pendidikan yang berbudi pekerti luhur”. Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya pendidikan karakter dan nilai-nilai luhur dalam membentuk generasi muda yang berakhlak mulia. Pemikiran ini mencerminkan semangat kemanusiaan yang tinggi, di mana pendidikan tidak hanya berfokus pada pengetahuan, tetapi juga pada pengembangan moral dan etika.
- “Pendidikan untuk semua”. Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa pendidikan harus diakses oleh semua orang, tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, atau budaya. Pemikiran ini mencerminkan semangat nasionalisme dan kemanusiaan yang tinggi, di mana pendidikan menjadi alat untuk mencapai persatuan dan kesetaraan di antara seluruh rakyat Indonesia.
Pengertian Kurikulum Menurut Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia, punya pemikiran unik tentang pendidikan. Gak cuma soal metode belajar, tapi juga tentang kurikulum, yang diibaratkan sebagai peta jalan menuju tujuan pendidikan yang ideal. Nah, pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang kurikulum ini terinspirasi dari konsep “Tut Wuri Handayani”, “Ing Ngarso Sung Tulodho”, dan “Ing Madya Mangun Karsa”. Konsep-konsep ini gak cuma sekadar filosofi, tapi juga panduan praktis dalam merancang dan mengimplementasikan kurikulum yang sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa.
Definisi Kurikulum Menurut Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara gak secara eksplisit mendefinisikan kurikulum, tapi konsep “Tut Wuri Handayani” yang beliau yakini menjadi dasar pemikirannya tentang kurikulum. “Tut Wuri Handayani” berarti “di belakang memberi dorongan”. Dalam konteks pendidikan, artinya guru harus berperan sebagai pendorong dan motivator bagi siswa. Guru harus memahami karakteristik dan potensi masing-masing siswa, lalu membantu mereka untuk berkembang dan mencapai potensi terbaiknya. Kurikulum yang ideal menurut Ki Hajar Dewantara adalah kurikulum yang mampu memberikan ruang bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan minat dan bakatnya.
Implementasi Konsep “Ing Ngarso Sung Tulodho” dalam Kurikulum
Konsep “Ing Ngarso Sung Tulodho” yang berarti “di depan memberi contoh” juga penting dalam kurikulum. Guru bukan hanya pengajar, tapi juga panutan bagi siswa. Mereka harus menunjukkan sikap dan perilaku yang positif, sehingga siswa terinspirasi untuk meniru dan menjadi pribadi yang baik. Kurikulum yang baik harus dirancang untuk menanamkan nilai-nilai luhur, seperti kejujuran, disiplin, dan tanggung jawab, melalui contoh nyata dari guru.
Perbandingan Kurikulum Tradisional dengan Kurikulum Menurut Ki Hajar Dewantara
Aspek | Kurikulum Tradisional | Kurikulum Menurut Ki Hajar Dewantara |
---|---|---|
Fokus | Pengajaran berbasis buku teks, hafalan, dan ujian. | Pembelajaran yang berpusat pada siswa, pengembangan karakter, dan potensi diri. |
Peran Guru | Sumber utama pengetahuan, otoriter, dan dominan. | Fasilitator, motivator, dan panutan bagi siswa. |
Metode Pembelajaran | Kuliah, ceramah, dan latihan soal. | Beragam metode, seperti diskusi, proyek, dan pembelajaran berbasis masalah. |
Evaluasi | Berfokus pada penilaian hasil belajar, cenderung kuantitatif. | Menekankan pada penilaian proses dan perkembangan siswa, lebih kualitatif. |
Prinsip-Prinsip Kurikulum Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional, punya pandangan unik soal kurikulum. Bukan sekadar kumpulan materi, tapi juga proses pembentukan manusia utuh. Kurikulumnya punya 3 prinsip utama yang ngga cuma buat belajar, tapi juga membentuk karakter. Nah, penasaran apa aja prinsip-prinsipnya?
Prinsip Amanat
Prinsip ini ngga cuma soal materi pelajaran, tapi juga soal tujuan pendidikan. Ki Hajar percaya, pendidikan harus punya tujuan yang jelas, yaitu “menjadikan manusia yang berbudi pekerti luhur, berilmu, dan cakap”. Tujuan ini terwujud lewat pendidikan yang ngga cuma ngasih pengetahuan, tapi juga ngebentuk karakter, moral, dan kemampuan siswa.
Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan Indonesia, punya pandangan unik tentang kurikulum. Baginya, kurikulum bukan sekadar daftar mata pelajaran, tapi lebih kepada proses pengembangan karakter dan potensi siswa. Proses ini harus selaras dengan perkembangan zaman, termasuk era globalisasi yang semakin terasa.
Nah, bicara globalisasi, pengertian globalisasi menurut Selo Sumardjan menekankan pada interaksi antarbudaya dan semakin terbukanya batas antar negara. Dalam konteks ini, kurikulum Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya pendidikan yang mampu menghasilkan individu yang tangguh dan adaptif di era globalisasi, yang bisa berinteraksi dengan budaya lain dan berkontribusi positif bagi masyarakat.
Contohnya, di kurikulum yang berprinsip Amanat, materi pelajaran dikaitkan dengan nilai-nilai luhur. Misalnya, belajar sejarah bukan cuma ngehafal tanggal dan peristiwa, tapi juga ngebahas nilai-nilai patriotisme, semangat juang, dan toleransi yang terkandung di dalamnya.
Prinsip Pengembangan Jiwa
Prinsip ini ngebahas soal bagaimana kurikulum bisa membantu siswa ngembangin potensinya. Ki Hajar percaya, setiap manusia punya bakat dan potensi yang unik. Kurikulum harus dirancang buat ngebantu siswa menemukan dan ngembangin bakat mereka, bukan cuma ngehafal materi yang sama.
- Kurikulum harus fleksibel dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan siswa.
- Kurikulum harus ngasih ruang buat siswa bereksplorasi dan mengembangkan minat dan bakatnya.
- Kurikulum harus ngasih kesempatan buat siswa belajar secara aktif dan kreatif.
Contohnya, di kelas seni, siswa bisa bebas bereksplorasi dengan berbagai teknik dan media seni. Siswa yang punya bakat di bidang musik bisa diajakin belajar musik, sementara yang punya bakat di bidang seni lukis bisa diajakin ngembangin kemampuannya.
Prinsip “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani”
Prinsip ini ngebahas soal peran guru dalam pendidikan. Ki Hajar percaya, guru harus jadi contoh dan inspirasi buat siswanya. Guru harus ngasih motivasi dan ngebimbing siswa supaya bisa berkembang.
- Ing Ngarso Sung Tulodo: Guru harus jadi contoh yang baik buat siswanya. Guru harus menunjukkan sikap dan perilaku yang positif, dan bisa menjadi inspirasi buat siswa.
- Ing Madya Mangun Karso: Guru harus bisa ngebimbing dan ngasih motivasi buat siswanya. Guru harus bisa ngebantu siswa menemukan potensi dan ngembangin kemampuannya.
- Tut Wuri Handayani: Guru harus ngebantu dan ngedukung siswanya dari belakang. Guru harus bisa ngasih semangat dan ngebantu siswa mengatasi kesulitan.
Contohnya, di kelas, guru bisa ngasih contoh soal yang mudah dipahami. Guru juga bisa ngasih motivasi buat siswa yang mengalami kesulitan belajar. Dan guru bisa ngebantu siswa menyelesaikan tugas dan proyeknya.
Tujuan Kurikulum Ki Hajar Dewantara
Kebayang gak sih, kalau pendidikan di Indonesia cuma fokus ngehafalin materi tanpa peduli sama karakter dan kepribadian? Pasti hasilnya gak jauh dari robot yang bisa ngelakuin apa yang diajarin, tapi gak punya rasa kemanusiaan. Nah, Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional, punya pandangan berbeda. Dia percaya, pendidikan itu harus ngebentuk manusia seutuhnya, bukan cuma ngisi otak dengan ilmu pengetahuan. Makanya, kurikulum yang dia ciptakan punya tujuan yang keren banget!
Tujuan Utama Kurikulum Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara punya visi pendidikan yang luar biasa, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Artinya, seorang guru harus menjadi teladan di depan, membangun semangat di tengah, dan mendorong dari belakang. Nah, visi ini tercermin dalam tujuan utama kurikulumnya, yaitu:
- Membangun karakter dan kepribadian yang luhur: Kurikulum Ki Hajar Dewantara gak cuma ngasih ilmu pengetahuan, tapi juga ngajarin nilai-nilai moral dan budi pekerti. Tujuannya biar anak-anak jadi manusia yang berakhlak mulia, bertanggung jawab, dan punya jiwa kepemimpinan.
- Mengembangkan potensi dan bakat anak secara optimal: Setiap anak punya potensi dan bakat yang berbeda-beda. Nah, kurikulum Ki Hajar Dewantara mendorong anak untuk mengeksplorasi bakat dan mengembangkan potensinya agar mereka bisa jadi individu yang kreatif dan berprestasi.
- Menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab: Pendidikan yang diusung Ki Hajar Dewantara gak cuma ngebentuk individu yang cerdas, tapi juga warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Anak-anak diajarin tentang nilai-nilai demokrasi, nasionalisme, dan toleransi.
- Menghasilkan generasi penerus yang berkualitas dan berdaya saing: Ki Hajar Dewantara sadar bahwa pendidikan adalah kunci untuk kemajuan bangsa. Makanya, kurikulumnya dirancang untuk menghasilkan generasi penerus yang berkualitas dan berdaya saing di era global.
Kurikulum Ki Hajar Dewantara Menunjang Pembentukan Karakter dan Kepribadian
Kurikulum Ki Hajar Dewantara punya peran penting dalam ngebentuk karakter dan kepribadian anak. Melalui nilai-nilai luhur yang diajarkan, anak-anak diajak untuk:
- Menjadi pribadi yang jujur dan bertanggung jawab: Kurikulum Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya kejujuran dan tanggung jawab dalam segala aspek kehidupan. Anak-anak diajarin untuk berani mengakui kesalahan, bertanggung jawab atas perbuatannya, dan bersikap adil terhadap orang lain.
- Mempunyai rasa empati dan kepedulian terhadap sesama: Anak-anak diajarin untuk memahami perasaan orang lain, saling membantu, dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Nilai-nilai ini penting untuk membangun masyarakat yang harmonis dan penuh kasih sayang.
- Memiliki jiwa nasionalisme dan patriotisme: Kurikulum Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya mencintai tanah air dan bangsa. Anak-anak diajarin tentang sejarah, budaya, dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
- Menjadi pribadi yang mandiri dan kreatif: Kurikulum Ki Hajar Dewantara mendorong anak untuk berpikir kritis, kreatif, dan mandiri. Anak-anak diajarin untuk memecahkan masalah, mengembangkan ide-ide baru, dan berani mengambil risiko.
Contoh Tujuan Kurikulum Ki Hajar Dewantara yang Relevan dengan Kondisi Masyarakat Saat Ini
Tujuan kurikulum Ki Hajar Dewantara masih relevan dengan kondisi masyarakat saat ini, terutama di era digital yang penuh tantangan. Contohnya:
- Mendorong anak untuk menjadi pengguna teknologi yang bijak: Di era digital, anak-anak punya akses ke informasi dan teknologi yang luar biasa. Kurikulum Ki Hajar Dewantara bisa dimodifikasi untuk ngajarin anak tentang penggunaan teknologi yang bijak, etika digital, dan literasi digital.
- Mengembangkan kemampuan anak dalam berkolaborasi dan berkomunikasi: Di dunia kerja, kemampuan berkolaborasi dan berkomunikasi menjadi sangat penting. Kurikulum Ki Hajar Dewantara bisa dirancang untuk ngajarin anak tentang kerja tim, komunikasi efektif, dan negosiasi.
- Membentuk karakter anak yang tangguh dan adaptif: Dunia kerja saat ini sangat dinamis dan penuh ketidakpastian. Kurikulum Ki Hajar Dewantara bisa ngebentuk karakter anak yang tangguh, adaptif, dan siap menghadapi tantangan di masa depan.
Penutup: Pengertian Kurikulum Menurut Ki Hajar Dewantara
Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang kurikulum bukan sekadar teori usang. Di era digital seperti sekarang, pemikiran beliau masih relevan dan punya banyak nilai penting. Konsep “Ing Madya Mangun Karso”, misalnya, bisa diterapkan dalam pembelajaran berbasis teknologi untuk menumbuhkan semangat belajar dan kemandirian siswa. Dengan memahami dan menerapkan filosofi Ki Hajar Dewantara, kita bisa membangun sistem pendidikan yang berfokus pada pengembangan karakter, jiwa, dan kecerdasan anak bangsa.